REFLEKSI PERTEMUAN KE DUA
Di dunia barat
kebijaksanaan berarti mencari. Di dunia timur kebijaksanaan berarti memberi. Orang
barat yang dating ke Indonesia pada awalnya tidak bermaksud menjajah, tetapi
mencari sumber daya. Akan tetapi karena orang Indonesia bermental dijajah, maka
terjadilah penjajahan. Oleh karena itu korupsi di dunia timur lebih sulit
diberantas dibandingkan korupsi di dunia barat. Karena di dunia timur orang
dikatakan bijaksana jika mampu memberi, maka tidak diperhatikan apakah yang
diberikan itu sesuatu yang halal atau yang haram.
Siapakah aku
ketika kecil? yaitu ada. Siapakah temanku sewaktu kecil? yaitu yang mungkin
ada. siapakah aku ketika dewasa? Yaitu tesis. Siapakah temanku ketika dewasa?
Yaitu antithesis. Apa hobiku? Yaitu melakukan sintesis. Darimana asalku? Yaitu
dari mitos (tidak berpikir). Aku mau ke mana? Yaitu mencari logos (mencari
ilmu/berpikir). Kenapa aku di sini? Yaitu untuk mengada.
Kendala utama
mencari ilmu jika merasa tidak butuh atau sombong. Harus ada acara untuk
meluruhkan ego. Setelah ego luruh selanjutnya barulah bisa mencari ilmu baru. Bahasa
filsafat adalah analog. Di dalam filsafat makhluk hidupnya adalah pikiran.
Hidup adalah sebab akibat. Sebab akibat berarti implikasi. Filsafat adalah
buah, filsafat tidak bisa dihafalkan, yang dihafalkan itu berarti mitos.
Filsafat adalah pola
pikir, letaknya berada di bawah spiritual. Pikiran tidak mampu memikirkan
spiritual. Bahasa analognya spiritual adalah hati. Bahasa analognya filsafat
adalah pikiran. Jangan gunakan mitos untuk urusan agama. Pikiran memiliki rumah
yaitu Bahasa atau kata-kata. Tulisan tidak mampu mengejar kata-kata. Tindakan
tidak mampu mengejar tulisan. Ketika kita sudah berdoa dengan khusyuk maka
pikiran itu berhenti, itulah batasan antara filsafat dan spiritual. Filsafat adalah
olah pikir, dimulai dengan bertanya, filsafat adalah sopan santun, sopan santun
adalah batasan, maka janganlah bertanya tentang spiritual, karena spiritual
bukan terletak di pikiran.
Mitos tidak selalu
buruk, artinya bisa baik, bisa juga buruk. Anak kecil pun belajar dari mitos.
Anak kecil banyak melakukan hal berdasarkan mitos, hanya mengikuti perintah
orang tuanya. Misalkan suatu buku matematika, isinya adalah mitos, tetapi
setelah dibaca dan dipahami barulah menjadi logos isi buku tersebut. Sekali lagi,
jangan bawa-bawa mitos ke ranah agama.
Selanjutnya
dibahas filsafat satu, dua, dan banyak. Satu adalah menunjuk ke arah keesaan,
monoisme. Dualisme tidak terlalu tampak, misalkan dua hal yang bertolak
belakang, misalnya ya dan tidak, tinggi dan besar, dan sebagainya. Pluralisme,
misalkan di jepang, terdapat banyak Tuhan. Filusuf adalah bukan pengakuan diri,
tetapi diberikan oleh orang lain yang membaca atau mengikuti karyanya. Belajar
filsafat adalah belajar pada pakar filsafat atau disebut filusuf.
Pikiranku adalah
tesis sedangkan pikiran orang lain adalah antithesis, nah ide baru setelah
pertempuran tesis dan antithesis menghasilkan sintesis atau ide baru. Pancasila
adalah cermin dan buah pikiran orang Indonesia. Pancasila diserang oleh
pengaruh luar atau ide-ide dari luar negeri. Ada yang setuju dan ada yang tidak
setuju. Silahkan berpendapat, tetapi jadikan filsafat sebagai batasan, harus
sopan dan santun, paham ruang dan waktu. Indonesia adalah bhineka tunggal eka.
Metafisik
bahasanya analog, mudah dipahami, mudah dimengerti oleh orang awam. Tidak ada
filusuf yang berdiri sendiri, selalu terkait dengan pikiran filusuf yang lain. Mencari
ilmu itu banyak kendala. Kita bisa tersesat dalam keramaian teori dari berbagai
tokoh, jadi carilah informasi hanya dari tokoh ahlinya, jangan sembarang tokoh.
Landasan utama belaajr filsafat adalah dilandasi dengan spiritualitas.