Wednesday, September 15, 2021

 

REFLEKSI PERTEMUAN KE DUA

 

Di dunia barat kebijaksanaan berarti mencari. Di dunia timur kebijaksanaan berarti memberi. Orang barat yang dating ke Indonesia pada awalnya tidak bermaksud menjajah, tetapi mencari sumber daya. Akan tetapi karena orang Indonesia bermental dijajah, maka terjadilah penjajahan. Oleh karena itu korupsi di dunia timur lebih sulit diberantas dibandingkan korupsi di dunia barat. Karena di dunia timur orang dikatakan bijaksana jika mampu memberi, maka tidak diperhatikan apakah yang diberikan itu sesuatu yang halal atau yang haram.

Siapakah aku ketika kecil? yaitu ada. Siapakah temanku sewaktu kecil? yaitu yang mungkin ada. siapakah aku ketika dewasa? Yaitu tesis. Siapakah temanku ketika dewasa? Yaitu antithesis. Apa hobiku? Yaitu melakukan sintesis. Darimana asalku? Yaitu dari mitos (tidak berpikir). Aku mau ke mana? Yaitu mencari logos (mencari ilmu/berpikir). Kenapa aku di sini? Yaitu untuk mengada.

Kendala utama mencari ilmu jika merasa tidak butuh atau sombong. Harus ada acara untuk meluruhkan ego. Setelah ego luruh selanjutnya barulah bisa mencari ilmu baru. Bahasa filsafat adalah analog. Di dalam filsafat makhluk hidupnya adalah pikiran. Hidup adalah sebab akibat. Sebab akibat berarti implikasi. Filsafat adalah buah, filsafat tidak bisa dihafalkan, yang dihafalkan itu berarti mitos.

Filsafat adalah pola pikir, letaknya berada di bawah spiritual. Pikiran tidak mampu memikirkan spiritual. Bahasa analognya spiritual adalah hati. Bahasa analognya filsafat adalah pikiran. Jangan gunakan mitos untuk urusan agama. Pikiran memiliki rumah yaitu Bahasa atau kata-kata. Tulisan tidak mampu mengejar kata-kata. Tindakan tidak mampu mengejar tulisan. Ketika kita sudah berdoa dengan khusyuk maka pikiran itu berhenti, itulah batasan antara filsafat dan spiritual. Filsafat adalah olah pikir, dimulai dengan bertanya, filsafat adalah sopan santun, sopan santun adalah batasan, maka janganlah bertanya tentang spiritual, karena spiritual bukan terletak di pikiran.

Mitos tidak selalu buruk, artinya bisa baik, bisa juga buruk. Anak kecil pun belajar dari mitos. Anak kecil banyak melakukan hal berdasarkan mitos, hanya mengikuti perintah orang tuanya. Misalkan suatu buku matematika, isinya adalah mitos, tetapi setelah dibaca dan dipahami barulah menjadi logos isi buku tersebut. Sekali lagi, jangan bawa-bawa mitos ke ranah agama.

Selanjutnya dibahas filsafat satu, dua, dan banyak. Satu adalah menunjuk ke arah keesaan, monoisme. Dualisme tidak terlalu tampak, misalkan dua hal yang bertolak belakang, misalnya ya dan tidak, tinggi dan besar, dan sebagainya. Pluralisme, misalkan di jepang, terdapat banyak Tuhan. Filusuf adalah bukan pengakuan diri, tetapi diberikan oleh orang lain yang membaca atau mengikuti karyanya. Belajar filsafat adalah belajar pada pakar filsafat atau disebut filusuf.

Pikiranku adalah tesis sedangkan pikiran orang lain adalah antithesis, nah ide baru setelah pertempuran tesis dan antithesis menghasilkan sintesis atau ide baru. Pancasila adalah cermin dan buah pikiran orang Indonesia. Pancasila diserang oleh pengaruh luar atau ide-ide dari luar negeri. Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Silahkan berpendapat, tetapi jadikan filsafat sebagai batasan, harus sopan dan santun, paham ruang dan waktu. Indonesia adalah bhineka tunggal eka.

Metafisik bahasanya analog, mudah dipahami, mudah dimengerti oleh orang awam. Tidak ada filusuf yang berdiri sendiri, selalu terkait dengan pikiran filusuf yang lain. Mencari ilmu itu banyak kendala. Kita bisa tersesat dalam keramaian teori dari berbagai tokoh, jadi carilah informasi hanya dari tokoh ahlinya, jangan sembarang tokoh. Landasan utama belaajr filsafat adalah dilandasi dengan spiritualitas.

 

Wednesday, September 8, 2021

REFLEKSI PERTEMUAN 1

 REFLEKSI PERTEMUAN 1


         Filsafat adalah olah pikir. Jika pikiran kita senantiasa bertanya berarti pikiran kita hidup. Mengapa pikiran kita senantiasa bertanya? Apalagi terhadap hal baru yang mengguncang pikiran kita sebelumnya yang selama ini tenang. Hal ini karena kita tidak sempurna, kita bukanlah makhluk yang sempurna. Kita coba bayangkan menjadi makhluk yang sempurna, misalkan mata kita dapat melihat apapun yang ada di dunia tanpa adanya sekat, maka kita tidak akan mampu menerima semua itu. Kita coba banyangkan telinga kita dapat mendengar segala bunyi yang da di dunia, pastilah Kita tidak sanggup menerimanya. Oleh karena itu Kita perlu bersyukur dalam ketidaksempurnaan ini.

       Kita adalah makhluk sempurna di dalam ketidaksempurnaan Kita. Hal-hal di dalam otak yang tidak pernah dipikirkan lagi akan menjadi mitos. Sebagai contoh rumus Pythagoras. Jika tidak ada lagi orang yang berusaha mencari pembuktian baru tentang rumus tersebut, maka rumus tersebut akan menjadi mitos. Akan tetapi Kita bersykur bahwa masih banyak orang yang berusaha mencari pembuktian lain dari rumus Pythagoras, sehingga terdapat bagitu banyak pembuktian rumus tersebut, sehingga tidak menjadi mitos.

      Filsafat Penelitian dan Evaluasi Pendidikan merupakan salah satu cabang atau salah satu lorong dari filsafat itu sendiri, sehingga perlu memahami filsafat terlebih dahulu, dipahami dengan sebaik-baiknya terlebih dahulu, kemudian mengalir dari intinya menuju ke filsafat yang ada di lorong-lorongnya. Dalam sejarah perkembangn filsafat, diawali dengan 2 kelompok yang bertentangan yaitu golongan penganut segala sesuatu bersifat tetap dan lawannya yaitu golongan penganut segala sesuatu yang bersifat berubah.

    Untuk dapat berfilsafat maka Kita harus mengenal tokoh-tokoh filsafat dunia. Tokoh penganut “ketetapan” adalah Permenides, sedangkan tokoh penganut “perubahan” adalah Heraclitos. Permenides menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat tetap, sedangkan Heraclitos menyatakan bahwa sega sesuatu di dunia ini bersifat berubah. Kemudian ada tokoh yang berada di tengah-tengah yaitu Imanuel Kant. Imanuel Kant menyatakan bahwa tidak semuanya di dunia ini bersifat tetap, dan tidak pula semua yang ada di dunia ini bersifat berubah. Artinya di dunia ini ada yang bersifat tetap dan ada pula yang bersifat berubah.

REFLEKSI VIDEO YOUTUBE TENTANG PERKEMBANGAN FILSAFAT DI DUNIA

REFLEKSI VIDEO YOUTUBE TENTANG PERKEMBANGAN FILSAFAT DI DUNIA

OLEH PROF. MARSIGIT


Sumber: Youtube Prof. Marsigit

            Pada awalnya fanatisme di dunia filsafat di dunia terbagi menjadi 2, yaitu sesuatu yang bersifat “tetap” dan sesuatu yang bersifat “berubah”. Tokoh penganut “ketetapan” adalah Permenides, sedangkan tokoh penganut “perubahan” adalah Heraclitos. Permenides menyatakan bahwa segala sesuatu adalah tetap, sedangkan Heraclitos menyatakan bahwa segala sesuatu senantiasa berubah. Pada saat itu begitu banyak hal yang dapat dipisahkan dan digolongkan menjadi hal-hal yang bersifat “tetap” dan hal-hal yang bersifat “berubah”. Selanjutnya akan dipaparkan berbagai hal yang bertolak belakang, yaitu yang bersifat tetap dan sebaliknya yang bersifat berubah. Kita awali dari yang paling dasar, yaitu Takdir dan Ikhtiar. Takdir merupakan ketetapan dari Tuhan, artinya “terpilih.” Sedangkan Ikhtiar adalah usaha manusia, artinya “memilih.” Selanjutnya yang bersifat tetap adalah idealism, sedangkan yang bersifat berubah adalah materialisme. Yang bersifat tetap adalah Monoisme, sedangkan yang bersifat berubah adalah Pluralisme. Yang bersifat tetap adalah Spiritualisme sedangkan yang bersifat berubah adalah Realisme. Segala hal yang bersifat tetap dapat dianggap ilmu langit, sedangkan segala hal yang bersifat berubah dapat dianggap ilmu bumi. Yang bersidat tepat adalah analitik, sedangkan yang bersifat berubah adalah sintetik.

        Selanjutnya yang bersifat tetap adalah hokum, theorem, dan aksioma, sedangkan yang bersifat berubah adalah pengalaman atau empiris. Orang yang mempercayai apa yang belum ia kenali, dapat menerima hanya berdasarkan informasi yang diperolehnya disebut orang beraliran A Priori. Sedangkan orang yang tidak mudah mempercayai informasi sehingga harus melihat, mendengar, atau mengenali secara langsung objeknya disebut orang beraliran Empiricism. Pada intinya A Proiri dapat menerima segala teori yang memang diterima secara umum, sedangkan Empiricism harus mengalami sendiri suatu kejadian untuk dapat mempercayai sesuatu hal. Orang dewasa biasanya dapat mempercayai informasi yang ia terima, dimana informasi tersebut diterima secara umum, sedangkan anak biasanya tidak mudah mempercayai informasi yang ia terima sebelum mengalami sendiri atau melihat secara langsung. Dalam hal ini bukan berarti orang dewasa yang memiliki sifat tidak mudah percaya berarti memiliki sifat anak-anak, tidak sehitam putih itu. Orang dewasa yang demikian berarti memiliki kecenderungan sifat Empiricism. Selanjutnya yang bersifat tetap adalah Identitas, misalkan A = A, senantiasa tetap. Sedangkan yang bersifat berubah adalah Kontradiksi, misalkan A ≠ A, senantiasa berubah, sebagai analogi bahwa Kita yang sekarang bukan Kita yang dahulu atau yang akan dating, senantiasa berubah. Pada intinya segala sesuatu yang bersifat tetap hanya milik Tuhan, kuasa Tuhan, Kausa Prima. 

        Sementara itu segala sesuatu yang bersifat berubah berada di alam, atau disebut hukum alam. Salah satu tokoh pendukung “Ketetapan” selain Permenides yaitu Rene Descartes. Dipihak lain, sebagai penantangnya, yaitu tokoh yang mendukung “Perubahan” selain Heraclitos yaitu David Hume. Ditengah pertentangan hebat tersebut ada seorang tokoh yang mmenjadi juru damai yaitu Imanuel Kant. Imanuel Kant mempertanyakan apakah semua hal bersifat tetap? Apakah semua hal bersifat berubah? Menurut pengamatannya tidak semua hal di dunia ini bersifat tetap dan tidak pula semuanya bersifat berubah. Sebagai contoh sederhana, sesuatu yang bersifat tetap adalah garis keturunan. Sampai kapanpun, dari dulu sampai sekarang dan nanti, Kita tetaplah anak dari orang tua kita, tidak akan pernah berubah status tersebut, status kekeluargaan tersebut akan tetap melekat, meskipun kita merubah nama Kita sekalipun. Selanjutnya apa contoh dari hal yang bisa berubah? Yaitu pikiran kita. Pikiran kita dapat senantiasa berubah seiring sejalan dengan ilmu pengetahuan yang kita konstruksi dalam pikiran kita. Orang yang pola pikirnya Fix Mindset dapat digeser menjadi pola pikir Growth Mindset. Pikiran kita boleh saja senantiasa berubah akan tetapi hati kita tidak boleh berubah. Imanuel Kant Mengawinkan antara apa yang tetap dengan apa yang berubah yang disebut Sintetik Apriori.   

        Selanjutnya ada tokoh yang sangat keras menentang kedua kelompok yang sudah dipaparkan sebelumnya, yaitu kelompok tetap dan kelompok berubah. Tokoh tersebut adalah Auguste Compte (1857). Auguste Compte menyatakan bahwa “Ketetapan” dan “Perubahan” sama-sama tidak berguna. Auguste Compte membuat aliran baru yaitu Positivsm, yang meletakkan positif sebagai puncak tertinggi, kemudian dilanjutkan di bawahnya yaitu metafisik, kemudian menempatkan agama di paling dasar. Sontak saja pemikiran Auguste Compte ini mengguncang dunia, apalagi kaum spriritualis. Kita sebagai makluk beragama apakah rela agama ditempatkan di paling dasar dalam sebuah pola pikir? Oleh karena itu Kita sebagai makhluk yang dianugerahi hati dan pikiran oleh Tuhan harus menggunakan anugerah Tuhan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai hal-hal yang tidak benar dapat merusak pikiran kita apalagi merusak hati kita. Mari berusaha menjadi Hamba Tuhan yang semakin bijaksana, bijaksana dalam menyikapi zaman saat ini yaitu zaman Post Modern atau Power Now

10. Antara Kuantitatif, Kualitatif, dan Filsafat: Dalam Evaluasi Pendidikan

Filsafat berada di atas kualitatif, sedangkan kualitatif berada di atas kuantitatif. Filsafat itu ditambah metafisik, dan sedikit menyentu...